Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit infeksi, yang disebabkan oleh virus dengue, yang dibawa melalui perantara/vector nyamuk Aedes Aegypti, yang banyak terjadi di daerah tropis dan sub tropis.
Penyakit ini bisa menjadi lebih serius jika seseorang tidak segera mendapat penanganan yang tepat. Perawatan terlambat juga dapat memperbesar risiko dampak buruk hingga kematian.
Faktor Resiko Demam Berdarah
Kita beresiko terkena penyakit demam berdarah jika tinggal atau bepergian ke daerah tropis atau sub tropis karena nyamuk Aedes Aegypti tersebut berkembangbiak di daerah tropis. Wilayah beresiko tinggi terutama Asia tenggara, Pulau-pulau Pasifik Barat, Amerika Latin dan Afrika.
Gejala Demam Berdarah
Gejala ditandai dengan demam mendadak dengan suhu tinggi 39°C sampai 40°C, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan manifestasi pendarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita.
Fase Demam Berdarah yang perlu kita ketahui
Penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami fase demam selama 9 hari, yaitu
1-4 hari pertama penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi sampai 40°C
Hari ke 5-7, penderita akan mengalami turun demam hingga ke suhu normal yaitu 37°C, kadar trombosit dalam darah juga turun.
Fase ini adalah fase yang harus diwaspadai karena seolah-olah telah sembuh, padahal dapat masuk ke fase yang berbahaya.
Tanda-tanda yang harus diperhatikan adalah tingkat kesadaran menurun, cenderung seperti ingin tidur, nadi cepat lebih dari 100x/menit dan lemah/tidak teraba, kaki dan tangan dingin.
Bila muncul keluhan berupa sesak napas, keluar keringat dingin, atau terjadi perdarahan, segeralah ke IGD di rumah sakit terdekat.
Hari ke 8-9, setelah melewati fase kritis, pasien akan melewati fase pemulihan, kadar trombosit pun akan meningkat sampai kemudian kembali ke kadar normal.
Pengobatan bagi penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dengan cara mengompres penderita dengan air guna menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Penderita diberikan obat penurun panas (parasetamol) untuk mengatasi demam dan rasa sakit, menghindari penggunaan aspirin atau ibuprofen karena salah satu efeknya adalah timbul luka di lambung.
Jika kamu mengalami demam berdarah yang parah, kamu memerlukan:
Pencegahan Demam Berdarah yang bisa dilakukan di rumah:
Article create by : dr. Sarah Rosiana R, MARS
Istilah vaksin, vaksinasi, imunisasi dan imunitas merupakan hal yang berbeda meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu.
Vaksin adalah produk atau zat yang dimasukan (berupa suntikan atau lewat mulut) ke dalam tubuh untuk menstimulasi sistem imun tubuh. Sedangkan vaksinasi merupakan proses memasukan vaksin (suntikan/lewat mulut) ke dalam tubuh untuk menstimulasi sistem Imun tubuh dan akhirnya imun atau kebal terhadap penyakit menular tertentu.
Imunisasi merupakan proses yang membuat seseorang kebal terhadap penyakit menular tertentu dan imunitas adalah kemampuan kekebalan tubuh melawan suatu penyakit menular.
Kerusakan gigi dan mulut saat hamil bisa mempengaruhi kesehatan janin lho! Kesehatan gigi dan mulut menjadi bagian yang harus diperhatikan oleh ibu hamil. Selama kehamilan terjadi perubahan pada rongga mulut terkait dengan perubahan hormonal, perubahan pola makan, perubahan perilaku dan berbagai keluhan seperti ngidam, mual dan muntah. Perubahan pada kehamilan bisa berpengaruh pada kualitas hidup ibu hamil.
Menurut Elverne M Toon, anggota California Society of Pediatric Dentistry, perubahan hormonal dapat meningkatkan resiko pengeroposan pada gigi dan gusi. Contohnya saja muntah berlebihan dan kelebihan air liur di trimester pertama. Bila tidak rajin berkumur dan menyikat gigi maka kuman dan bakteri akan tumbuh sehingga, menimbulkan bau mulut dan sariawan di rongga mulut. Pada dekade terakhir, telah banyak bukti ilmiah yang menunjukan bahwa penyakit gusi dapat menjadi faktor resiko diantaranya kelahiran bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR). Disamping itu, dalam penelitian yang ditulis di Journal of Periodontology, bulan februari 2006 menyatakan bahwa perawatan gigi dan mulut sejak dini dapat menurunkan resiko tekanan darah tinggi dalam kehamilan (Pre-eclampsia) sekitar 5-8%.
Pada saat hamil, kadar asam di dalam mulut meningkat oleh keluhan rasa mual dan muntah. Yang mengakibatkan ibu hamil malas menyikat gigi seperti biasanya 2 kali sehari karena dapat memicu rasa mual. Selain itu, pada ibu hamil juga ditemukan kerusakan gigi oleh karena penurunan derajat keasaman (pH) di dalam mulut selama kehamilan. Ditambah lagi, ibu hamil gampang mengalami peradangan gusi yang diperparah oleh hormon progesteron dan estrogen sehingga, terjadi pelepasan histamin dan enzim proteolitik yang merespon terjadinya peradangan gusi. Istilah peradangan gusi pada ibu hamil disebut “Ginggivitis Gravidarum”. Tingkat keparahan biasanya terjadi pada awal bulan ke 2 atau 3 dan mencapai puncaknya pada trimester ke 2 dan 3, dan mengalami penurunan pada kehamilan bulan ke 9.
Berdasarkan Medical Resources United Kingdom, dianjurkan pada ibu hamil :
ü Menyikat gigi dengan benar sebanyak 2 kali sehari minimal 2 menit dalam sekali penyikatan gigi
ü Menggunakan obat kumur (mouthwash) yang tidak mengandung alkohol
ü Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
ü Gunakan benang gigi (dental floss) untuk membersihkan sela-sela gigi
ü Makan-makanan bergizi, cukupi asupan karbohidrat, protein, lemak, kalsium, vitamin A dan C, magnesium, besi dan asam folat
ü Kurangi makanan ringan bergula dan minuman bersoda
Menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan satu langkah yang tepat terhadap ibu dan calon buah hati. Ayo Moms, jaga kesehatan gigi dan mulutmu!!!
Kegiatan mengorek telinga sering sekali dilakukan oleh orang – orang yang berniat membersihkan telinga, maksudnya ingin mengeluarkan kotoran telinga sehingga terasa bersih dan sehat, namun banyak juga masyarakat yang tidak tahu dampak dari mengorek telinga ini yaitu terjadinya radang liang telinga, gejala yang sering ditimbulkan adalah rasa tidak nyaman dan nyeri hebat pada telinga.
Radang liang telinga atau bahasa kedokteran adalah Otitis Eksterna disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Factor yang mempermudah terjadinya radang telinga luar adalah perubahan PH di liang telinga menjadi basa, proteksi menjadi menurun. Hal- hal yang dapat menurunkan proteksi tersebut antara lain keadaan udara hangat dan lembab sehingga memudahkan kuman dan jamur tumbuh.
Pada saat kita mengorek telinga seringkali tanpa disadari terjadi trauma ringan pada permukaan kulit liang telinga, hal ini sangat berpotensi untuk berkembangbiaknya bakteri, jamur dan virus yang akhirnya menjadi radang liang telinga.
Radang liang telinga/ otitis eksterna ada 2 tipe, yaitu otitis eksterna sirkumskripta (bisul liang telinga) gejala yang dirasakan adalah nyeri yang sangat hebat tidak sesuai dengan besar bisulnya, bisa juga disertai dengan penurunan pendengaran akibat bisul yang besar menutup liang telinga. Pengobatannya tergantung keadaan bisul, bila sudah terbentuk nanah dilakukan evakuasi nanah dengan diaspirasi secara steril, kemudain antibiotic local dan pengobatan simtomatik lainnya. Tipe yang lainnya adalah otitis eksterna difusa (radang liang telinga luas) gejala yang dirasakan adalah nyeri tekan pada bagian depan telinga, bisa ditemukan sekret/cairan kental berbau pada liang telinga, bengkak sepanjang liang telinga dan menyebabkan liang telinga menyempit, kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening regional. Pengobatannya ialah dengan cara pembersihan telinga dan pemasangan tompon antibiotic pada liang telinga, pada kasus ini terapi antibiotic sistemik kadang diperlukan.
Untuk mencegah terjadinya radang liang telinga antara lain: